Samsimar

Lahir di Indarung 26 Februari 1969 Kepala Sekolah SD Negeri 03 Sintuk Toboh Gadang. Kab. Padang Pariaman. Mempunyai 5 orang anak...

Selengkapnya
Navigasi Web
MELUKIS PELANGI DI DESA REPAN BAGIAN 10

MELUKIS PELANGI DI DESA REPAN BAGIAN 10

MELUKIS PELANGI DI DESA REPAN

#Tantangan Gurusiana hari ke-10

Bagian 10

Pagi ini di SDN 040 Repan, satu hari menjelang perayaan HUT-RI, kami juga mengadakan lomba untuk siswa. Ada berbagai macam kegiatan lomba yang kami adakan. Di antaranya adalah lomba : pacu lari, menjunjung botol, membawa kelereng dengan sendok, pacu karung, jalan dngan terompah raksasa, mencari uang dalam tepung, lomba makan kerupuk, tarik tambang, dan panjat pohon pinang. Kegiatan lomba ini akan berlangsung selama tiga hari.

Dengan gembira, semua siswa mengikuti kegiatan lomba. Kalah ataupu menang tidak menjadi masalah. Mereka juga tidak memikirkan hadiah yang akan mereka terima. Yang penting bagi mereka adalah hati senang. Kegiatan lomba ini ada yang langsung dikelola oleh guru kelas masing-masing, ada juga yang dilaksanakan atas kerjasama antar guru kelas. Tergantung jenis lombanya. Dan semua kegiatan lomba ini sangat seru, dan membuat kami semua tertawa. Semua biaya kegiatan lomba ini adalah murni dari sumbangan orang tua/masyarakat Desa Repan.

“Luar biasa” mereka yang memiliki ide kreatif ini. Sebuah cara menanamkan arti cinta tanah air, cinta bangsa dan negara, kepada anak bangsa yang masih polos. Mereka jadi hafal dan senang, setiap tahun kita bersuka cita merayakan HUT-RI. Dari kegiatan lomba yang mereka ikuti, dapat pula berkembang kemampuan dan rasa percaya diri, serta rasa sportifitas dan rasa sosialisme.

Apa hebat atau asyiknya kegiatan lomba dalam rangka memeriahkan HUT-RI ini ? Ada banyak hal yang dapat dipetik dari kegiatan ini. Di antaranya adalah : tumbuhnya rasa percaya diri siswa, meningkatkan rasa sosial dan kebersamaan, bangga dan cinta terhadap tanah air, memupuk rasa sportifitas, serta mencintai budaya bangsa sendiri.

Cerita lucu, saat siswa mengikuti lomba mencari duit dalam tepung. Satu wadah dari dulang/tebang, berbentuk bulat, terbuat dari aluminium; diisi dengan duit logam Rp. 15.000, lalu ditutup dengan tepung. Dipanggil 5 orang siswa yang akan mengikuti lomba. Mereka berdiri sekeliling wadah yang diletakkan di atas meja. Pada hitungan ketiga, mereka berebut mencari uang dalam tepung tersebut, dengan cara tepung ditiup, dan uangnya digigit, tidak boleh pakai tangan. Bermain tetap hati-hati, agar tepung tidak masuk sampai ke mata.

Sementara penonton bersorak-sorai memberi semangat. “Ayoo..., ayo...ayo...!” teriah penonton terdengar riuh rendah.

Wajah lucu seperti salah memakai bedak, bercilomotan, tetapi tetap tertawa senang. Itulah unik dan menyenangkan lomba ini. Dalam lomba ini tidak ada pemenang. Mereka sudah langsung dapat hadiah. Namun tetap saja ada siswa yang kurang beruntung, tidak dapat uangnya. Dengan kemurahan hati, biasanya guru kelas memberi siswa tersebut uang.

Begitu juga lomba pacu karung (berlari dengan kaki ada dalam karung. Cara lomba ini adalah siswa dikelompokkan 5 orang, berdiri di garis start sudah dalam karung. Pada hitungan ketiga, mereka berlari dengan cara melompat-lompat seperti kodok, sampai garis finish. Pemenangnya adalah yang paling duluan sampai garis finist. Tidak jarang, siswa yang tadinya sudah hampir sampai di garis finish malah tersandung dan jatuh, akhirnya gagal jadi pemenang. Yang dapat juara 1 dalam kelompoknya, diadu kembali di babak semi final dan babak final. Selama kegiatan lomba, sorak-sorai penonton sangat meriah. Walau ada yang jatuh bangun, tetap berteriak senang...

“Yee...aku menang!” teriak mereka yang menang.

“Yaaa..., aku kalah...! Tak apalah..., belum rezeki,!” katanya tanpa kesedihan

Demikian juga lomba membawa kelereng dengan sendok. Dengan sangat hati-hati mereka membawa kelereng, agar tidak jatuh, dan gigi harus kuat bertahan menggigit tangkai sendok, agar tidak lepas atau goyang. Ini butuh kesabaran dan kehati-hatian.

Perhatikan juga siswa yang ikut bermain terompah raksasa. Dalam satu tim, ada 3 orang. Mereka harus kompak melangkah dan mengayunkan kaki. Bila keliru satu orang saja, mereka akan jatuh, hilang keseimbangan. Walau dengan susah payah mereka berusaha tampil agar menang, pada umumnya yang mereka harapkan bukanlah hadiah semata, melainkan rasa puas dengan kesenangan. Dan tentu lebih menyenangkan lagi, dapat hadiah, langsung dibelanjakan, buat jajan.

Pada malam hari menjelang 17 Agustus, anak sekolah, pemuda dan pemudi gabungan dari keempat dusun mengadakan acara pawai obor keliling kampung. Terang benderanglh seluruh kampung dengan api obor. Sungguh menakjubkan pemandangan ini. Sambil membawa obor, kami bernyanyi. Setiap kelompok ada yang mengomandoi. Kami menyanyikan lagu-lagu wajib nasional, shalawat badar, bahkan takbir. Sangat berarti kgitan ini. Menyatukan berbedaan antar etnis, antar dusun, bahkan antar umur yang berbeda. Ada jalinan kasih, dan bangga sebagai anak-anak dan pemuda harapan Desa Repan.

Seperti membuat sebuah lukisan yang indah. Setetes demi setetes tinta warna digoreskan dngan sabar, dengan telaten. Semoga kelak terwujud menjadi lukisan yang indah. Jadi cerita dan kenangan sampai ke anak cucu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Asik sekali suasana saat 17 agustusannya, Ma

19 Jun
Balas

Yo..baliaklah ke Repan, he..he

23 Jun



search

New Post