Samsimar

Lahir di Indarung 26 Februari 1969 Kepala Sekolah SD Negeri 03 Sintuk Toboh Gadang. Kab. Padang Pariaman. Mempunyai 5 orang anak...

Selengkapnya
Navigasi Web

IBU TIRI (Bagian 2)

#Tantangan Gurusiana hari ke-48

Bagian 2

Dini semakin rajin membantu ibunya bekerja. Pulang sekolah Dini makan, kemudian dia membereskan meja makan dan mencuci piring. Dini melakukannya dengan senang hati, karena Ibu Ratih selalu memuji apa yang sudah dilakukannya. Tidak lupa Dini menyapu lantai, dan merapikan mainan adiknya. Ibu Ratih selalu memberi petunjuk dan nasihat bila Dini melakukan kesalahan. Dalam hati Dini bersyukur sudah diberi Allah seorang ibu sambung yang baik.

Setelah selesai mengerjakan PR, Dini bermain dengan adiknya. Selesai bermain, Dini mengajak adiknya tidur siang. Sebelum waktu Asyar Dini sudah bangun. Dini pergi mandi ke Sungai, karena rumah Dini di daerah pegunungan. Harus turun ke lembah untuk mandi. Di sana airnya mengalir jernih.

Sore hari Dini bermain dengan teman-teman di rumah Uwo Leka. Uwo Leka mengajar anak-anak mengaji sejak dia masih muda. Sekarang Uwo Leka sudah berumur 60 tahun. Matanya masih terang dan lancar membaca Al-Quran. Di rumah Uwo Leka ada sekitar 20 orang anak-anak belajar mengaji. Uwo Leka sangat penyabar mengajar anak-anak mengaji. Belajar mengaji dengan Uwo Leka tidak dipungut bayaran. Katanya beramal, cari jalan ke Surga. Biar ilmu yang diajarkan, nanti bisa menyelamatkannya dari azab kubur.

Dini sangat senang belajar mengaji dengan Uwo Leka. Sekarang Dini sudah bisa membaca Al-Quran. Tapi Dini masih belajar ilmu tajwid. Sekali sebulan Dini belajar irama di Masjid bersama anak-anak mengaji dari surau yang lain. Gurunya didatangkan dari luar. Semua biayanya ditanggung oleh donatur. Suara Dini yang merdu cukup menjadi perhatian oleh Bang Riko guru iarama dan tajwid. Dini disuruh rajin mengulang pelajaran irama dan tajwid di rumah.

Suatu malam saat menonton TV, Dini bersam ayah, ibu dan adiknya berbincang-bincang. Dengan tatapan penuh kasih ayah Dini bertanya:

“Dini kalau sudah besar mau jadi apa, Nak?” tanya ayah.

“Dini mau jadi perawat, Yah!” jawab Dini dengan polos.

“Wah.., Uni Dini hebat!” ujar Bayu sambil melonjak-lonjak kegirangan. Semua tertawa senang melihat tingkah Bayu.

“Ibu turut mendukung cita-citamu, Nak!” ucap Bu Ratih penuh kasih. Didekapnya kepala Dini, diusapnya dengan penuh sayang.

“Semoga Allah kabulkan cita-cita Dini. Dimudahkan Allah ayah dalam berusaha. Belajar yang rajin ya, Nak!” sambung Bu Ratih. Ayah Dini terharu melihat keakraban Dini dan ibu tirinya. Dalam hatinya mengucapkan syukur kepada Allah telah mempertemukan dia dan Ratih dan menerima Dini sebagai anaknya.

Suasana di rumah ini terasa penuh gairah. Ada suara canda Dini dan adiknya yang lucu. Bayu anak lelaki periang. Dia nampak cerdik. Dini senang sekali mempunyai adik seperti Bayu. Sekarang Dini menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah.

Dulu sebelum ada Bu Ratih dan Bayu, pulang sekolah Dini menghabiskan waktunya bermain di rumah teman. Kadang kala sampai lupa mengaji dan membuat PR. Hidupnya kurang terarah, karena tak ada yang mempedulikannya. Ayahnya kalau malam selalu mengopi di warung. Pukul berapa ayahnya pulang Dini pun tidak tahu. Dini sudah tertidur di kamarnya yang sudah dia kunci, setiap hendak tidur.

Sekarang dia ingin selalu menghabiskan waktunya bersama sang adik yang lucu. Ingin selalu bercerita bersama ibunya yang cantik lagi baik. Hidup Dini terasa lebih bergairah dan lebih terarah. Ada ibu yang selalu siap membantunya belajar.

Suatu hari Dini bertemu dengan Mak Rena di jalan sepulang dari mengaji. Mak Rena suka bertandang ke rumah tetangga. Suka bergunjing. Itu penilaian beberapa orang mak di kampung Dini.

“Eh.., Dini. Sudah pulang mengaji?” tanya Mak Rena.

“Alhamdulillah, sudah Mak!” jawab Dini ramah sambil menyalami Mak Rena.

“Apa khabar, mak tiri Dini? Apakah dia baik dengan Dini?” tanya Mak Rena penuh selidik.

“Alhamdulillah, Bu Ratih baik kok Mak. Dia sayang dengan Dini!” jawab Dini dengan jujur.

“Alah.., jangan mudah percaya Dini. Mana ada ibu tiri yang baik di dunia ini? Kedoknya tu, ambil muka. Nanti kalau ayah Dini sudah tunduk dengan kemauannya, Dini akan disingkirkannya dari ayah! Lihat saja nanti!” ucap Mak Rena menakut-nakuti Dini sambil mencibirkan bibirnya.. Mendengar ucapan Mak Rena itu, Dini sontak terkejut.

“Mak yang jahat! Bu Ratih tak mungkin seperti itu. Ibu Ratih orangnya baik!” ucap Dini sambil berlalu. Dia tak sanggup melawan ucapan Mak Rena. Air matanya berlinang. Dia menangis sesenggukan sambil berlari pulang.

Sampai di rumah Dini masih menangis. Dia lupa mengucapkan salam. Bu Ratih merasa heran melihat Dini menangis. Dini memeluk Ratih dengan erat, sambil terisak Dini berucap:

Ibu sayang sama Dini, kan? Ibu tidak akan meninggalkan Dini, kan ? Ibu tidak akan jahat sama Dini? Iya, kan Bu? Benar, kan Bu?” ucap Dini bertubi-tubi. Dia cemas dan sangat takut ditinggal Ibu yang belum setahun dia rasakan kasih sayangnya.

“Hai.., Dini! Bicara apa kamu, Nak? Tentu saja Ibu sayang denganmu. Tak mungkinlah Ibu meninggalkanmu. Apalagi berbuat jahat sama kamu! Susah senang kita akan tetap bersama, Nak!” ucap Ratih dengan rasa haru. Air matanya menganak sungai, tidak mampu dia tahan.

‘Yaa, Tuhan. Siapa lagi yang meracuni hati anak ini? Tega sekali orang itu merusak hati anak polos seperti Dini. Mengapa selalu ada di dunia ini orang yang merasa sirik melihat orang lain bahagia?” ucap Ratih dalam hatinya.

Diusapnya punggung Dini dengan rasa sayang. Dihapusnya air mata Dini. Seuntai senyum yang manisnya, telah menghalau kabut dihati Dini. Kedua anak beranak itupun saling senyum.

“Terima kasih Bu!” ucap Dini penuh haru, lalu mencium tangan Ratih. Dini berjanji akan jadi anak baik. Dini akan selalu mendengar nasehat Ibu!” ucap Dini. Wajah yang tadi mendung kini sudah berubah menjadi ceria kembali. Dalam hatinya Dini selalu berdoa agar diberikan umur yang panjang kepada ibunya.

(Bersambung)

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif Mbak Samsimar

07 Jul
Balas

Terima kasih Bunda.Kenyataan nya tidak selalu Ibu tiri jahat

07 Jul

Keren kisahnyaSukses selalu

07 Jul
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih

07 Jul

Ibu tiri serasa ibu kandung. Hebat buk

07 Jul
Balas

Aamiin.

07 Jul

Wow, seru, eh bersambung. Sukses selalu dan barakallahu fiik

06 Jul
Balas

Eeh..iya Bun. Terima kasih

06 Jul

Mantap Bu ceritanya. Salam kenal, sukses selalu.

07 Jul
Balas

Terima kasih Bunda Rima. Salam kembali

07 Jul

Bagus bu ceritanya. Dini memang anak yg baik

07 Jul
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih Bun

07 Jul

Seru... Kerwn ceritanya ibu.. Ditunggu sambungannya.. Salam

06 Jul
Balas

In Syaa Allah Bunda Trisna

07 Jul

Mantap bun. Salam sukses

06 Jul
Balas

Terima kasih Bun

06 Jul

Suasana pegunungan yang ada sungainya belum 'terjamah'. Penempatan huruf kapital masih tidak pada tempatnya dan beberapa kata depan masih BERSAMBUNG.

12 Jul
Balas

Krisan yg sangat saya butuhkan telah hadir. Terima kasih Pak

12 Jul

Saya panggil Mak ya, Bu. Nama ibu sama betul dgn namo amak awak. Saya dari painan, Bu. Salam kenal

07 Jul
Balas

He..he. Dengan senang hati Psk Dol

07 Jul

Awalnya saya kira ibunya kejam e ternyata tidak

12 Jul
Balas

Ha..ha..iya Bunda. Ternyata tidak semua ibu tiri itu jahat

13 Sep

Awalnya saya kira ibunya kejam e ternyata tidak

12 Jul
Balas

Terima kasih admin gurusiana

06 Jul
Balas

Terharu saya membacanya buk! Pandai sekali ibuk membangkitkan rasa dalam tulisan. Berkaca mata saya!

07 Jul
Balas

Iye..kah? Terima kasih Pak Ical?

07 Jul

Lanjut Bun

06 Jul
Balas

Iya Bunda cantik.Siap

06 Jul



search

New Post