IBU TIRI (Bagian 2)
#Tantangan Gurusiana hari ke-48
Bagian 2
Dini semakin rajin membantu ibunya bekerja. Pulang sekolah Dini makan, kemudian dia membereskan meja makan dan mencuci piring. Dini melakukannya dengan senang hati, karena Ibu Ratih selalu memuji apa yang sudah dilakukannya. Tidak lupa Dini menyapu lantai, dan merapikan mainan adiknya. Ibu Ratih selalu memberi petunjuk dan nasihat bila Dini melakukan kesalahan. Dalam hati Dini bersyukur sudah diberi Allah seorang ibu sambung yang baik.
Setelah selesai mengerjakan PR, Dini bermain dengan adiknya. Selesai bermain, Dini mengajak adiknya tidur siang. Sebelum waktu Asyar Dini sudah bangun. Dini pergi mandi ke Sungai, karena rumah Dini di daerah pegunungan. Harus turun ke lembah untuk mandi. Di sana airnya mengalir jernih.
Sore hari Dini bermain dengan teman-teman di rumah Uwo Leka. Uwo Leka mengajar anak-anak mengaji sejak dia masih muda. Sekarang Uwo Leka sudah berumur 60 tahun. Matanya masih terang dan lancar membaca Al-Quran. Di rumah Uwo Leka ada sekitar 20 orang anak-anak belajar mengaji. Uwo Leka sangat penyabar mengajar anak-anak mengaji. Belajar mengaji dengan Uwo Leka tidak dipungut bayaran. Katanya beramal, cari jalan ke Surga. Biar ilmu yang diajarkan, nanti bisa menyelamatkannya dari azab kubur.
Dini sangat senang belajar mengaji dengan Uwo Leka. Sekarang Dini sudah bisa membaca Al-Quran. Tapi Dini masih belajar ilmu tajwid. Sekali sebulan Dini belajar irama di Masjid bersama anak-anak mengaji dari surau yang lain. Gurunya didatangkan dari luar. Semua biayanya ditanggung oleh donatur. Suara Dini yang merdu cukup menjadi perhatian oleh Bang Riko guru iarama dan tajwid. Dini disuruh rajin mengulang pelajaran irama dan tajwid di rumah.
Suatu malam saat menonton TV, Dini bersam ayah, ibu dan adiknya berbincang-bincang. Dengan tatapan penuh kasih ayah Dini bertanya:
“Dini kalau sudah besar mau jadi apa, Nak?” tanya ayah.
“Dini mau jadi perawat, Yah!” jawab Dini dengan polos.
“Wah.., Uni Dini hebat!” ujar Bayu sambil melonjak-lonjak kegirangan. Semua tertawa senang melihat tingkah Bayu.
“Ibu turut mendukung cita-citamu, Nak!” ucap Bu Ratih penuh kasih. Didekapnya kepala Dini, diusapnya dengan penuh sayang.
“Semoga Allah kabulkan cita-cita Dini. Dimudahkan Allah ayah dalam berusaha. Belajar yang rajin ya, Nak!” sambung Bu Ratih. Ayah Dini terharu melihat keakraban Dini dan ibu tirinya. Dalam hatinya mengucapkan syukur kepada Allah telah mempertemukan dia dan Ratih dan menerima Dini sebagai anaknya.
Suasana di rumah ini terasa penuh gairah. Ada suara canda Dini dan adiknya yang lucu. Bayu anak lelaki periang. Dia nampak cerdik. Dini senang sekali mempunyai adik seperti Bayu. Sekarang Dini menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah.
Dulu sebelum ada Bu Ratih dan Bayu, pulang sekolah Dini menghabiskan waktunya bermain di rumah teman. Kadang kala sampai lupa mengaji dan membuat PR. Hidupnya kurang terarah, karena tak ada yang mempedulikannya. Ayahnya kalau malam selalu mengopi di warung. Pukul berapa ayahnya pulang Dini pun tidak tahu. Dini sudah tertidur di kamarnya yang sudah dia kunci, setiap hendak tidur.
Sekarang dia ingin selalu menghabiskan waktunya bersama sang adik yang lucu. Ingin selalu bercerita bersama ibunya yang cantik lagi baik. Hidup Dini terasa lebih bergairah dan lebih terarah. Ada ibu yang selalu siap membantunya belajar.
Suatu hari Dini bertemu dengan Mak Rena di jalan sepulang dari mengaji. Mak Rena suka bertandang ke rumah tetangga. Suka bergunjing. Itu penilaian beberapa orang mak di kampung Dini.
“Eh.., Dini. Sudah pulang mengaji?” tanya Mak Rena.
“Alhamdulillah, sudah Mak!” jawab Dini ramah sambil menyalami Mak Rena.
“Apa khabar, mak tiri Dini? Apakah dia baik dengan Dini?” tanya Mak Rena penuh selidik.
“Alhamdulillah, Bu Ratih baik kok Mak. Dia sayang dengan Dini!” jawab Dini dengan jujur.
“Alah.., jangan mudah percaya Dini. Mana ada ibu tiri yang baik di dunia ini? Kedoknya tu, ambil muka. Nanti kalau ayah Dini sudah tunduk dengan kemauannya, Dini akan disingkirkannya dari ayah! Lihat saja nanti!” ucap Mak Rena menakut-nakuti Dini sambil mencibirkan bibirnya.. Mendengar ucapan Mak Rena itu, Dini sontak terkejut.
“Mak yang jahat! Bu Ratih tak mungkin seperti itu. Ibu Ratih orangnya baik!” ucap Dini sambil berlalu. Dia tak sanggup melawan ucapan Mak Rena. Air matanya berlinang. Dia menangis sesenggukan sambil berlari pulang.
Sampai di rumah Dini masih menangis. Dia lupa mengucapkan salam. Bu Ratih merasa heran melihat Dini menangis. Dini memeluk Ratih dengan erat, sambil terisak Dini berucap:
Ibu sayang sama Dini, kan? Ibu tidak akan meninggalkan Dini, kan ? Ibu tidak akan jahat sama Dini? Iya, kan Bu? Benar, kan Bu?” ucap Dini bertubi-tubi. Dia cemas dan sangat takut ditinggal Ibu yang belum setahun dia rasakan kasih sayangnya.
“Hai.., Dini! Bicara apa kamu, Nak? Tentu saja Ibu sayang denganmu. Tak mungkinlah Ibu meninggalkanmu. Apalagi berbuat jahat sama kamu! Susah senang kita akan tetap bersama, Nak!” ucap Ratih dengan rasa haru. Air matanya menganak sungai, tidak mampu dia tahan.
‘Yaa, Tuhan. Siapa lagi yang meracuni hati anak ini? Tega sekali orang itu merusak hati anak polos seperti Dini. Mengapa selalu ada di dunia ini orang yang merasa sirik melihat orang lain bahagia?” ucap Ratih dalam hatinya.
Diusapnya punggung Dini dengan rasa sayang. Dihapusnya air mata Dini. Seuntai senyum yang manisnya, telah menghalau kabut dihati Dini. Kedua anak beranak itupun saling senyum.
“Terima kasih Bu!” ucap Dini penuh haru, lalu mencium tangan Ratih. Dini berjanji akan jadi anak baik. Dini akan selalu mendengar nasehat Ibu!” ucap Dini. Wajah yang tadi mendung kini sudah berubah menjadi ceria kembali. Dalam hatinya Dini selalu berdoa agar diberikan umur yang panjang kepada ibunya.
(Bersambung)
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Inspiratif Mbak Samsimar
Terima kasih Bunda.Kenyataan nya tidak selalu Ibu tiri jahat
Keren kisahnyaSukses selalu
Alhamdulillah. Terima kasih
Ibu tiri serasa ibu kandung. Hebat buk
Aamiin.
Wow, seru, eh bersambung. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Eeh..iya Bun. Terima kasih
Mantap Bu ceritanya. Salam kenal, sukses selalu.
Terima kasih Bunda Rima. Salam kembali
Bagus bu ceritanya. Dini memang anak yg baik
Alhamdulillah. Terima kasih Bun
Seru... Kerwn ceritanya ibu.. Ditunggu sambungannya.. Salam
In Syaa Allah Bunda Trisna
Mantap bun. Salam sukses
Terima kasih Bun
Suasana pegunungan yang ada sungainya belum 'terjamah'. Penempatan huruf kapital masih tidak pada tempatnya dan beberapa kata depan masih BERSAMBUNG.
Krisan yg sangat saya butuhkan telah hadir. Terima kasih Pak
Saya panggil Mak ya, Bu. Nama ibu sama betul dgn namo amak awak. Saya dari painan, Bu. Salam kenal
He..he. Dengan senang hati Psk Dol
Awalnya saya kira ibunya kejam e ternyata tidak
Ha..ha..iya Bunda. Ternyata tidak semua ibu tiri itu jahat
Awalnya saya kira ibunya kejam e ternyata tidak
Terima kasih admin gurusiana
Terharu saya membacanya buk! Pandai sekali ibuk membangkitkan rasa dalam tulisan. Berkaca mata saya!
Iye..kah? Terima kasih Pak Ical?
Lanjut Bun
Iya Bunda cantik.Siap